Entri Populer

Kamis, 07 Oktober 2010

CERDAS YUK

KECERDASAN dan kepandaian mempunyai makna yang beda-beda tipis. Namun, keduanya mengandung pengertian ‘otaknya berisi’. Dalam pandangan saya, cerdas mempunyai gradasi makna yang lebih tinggi dibanding pandai. Orang yang pandai belum tentu cerdas, tetapi orang yang cerdas sudah pasti pandai. Setujukah Anda? Jika tidak, Anda adalah orang yang selangkah lebih maju. Sebagai contoh ekstrem, anak di daerah pedalaman mungkin mempunyai kecerdasan intelektual yang tinggi, tetapi tidak cukup pandai karena tertinggal akibat tidak mendapat kesempatan belajar yang memadai seperti anak-anak di kota besar. Silakan renungkan, banyak aspek di dalamnya.

1. Macam-Macam Bentuk Kecerdasan
Seperti yang telah banyak dibahas pada tataran teoretis, kecerdasan dibedakan menjadi kecerdasan intelektual (IQ=intellegence quotient), kecerdasan emosional (EQ=emotional quotient), kecerdasan menghadapi tantangan (AQ=adversity quotient), dan kecerdasan spiritual (SQ=spiritual quotient). Ada pula, beberapa ahli menggabungkan kemampuan EQ dengan SQ menjadi kesatuan yaitu ESQ. Sedangkan pada tataran praktis (terapan), dalam pengamatan saya, setidaknya terdapat empat kecerdasan yang dapat diasah, yaitu kecerdasan ilmu, kecerdasan emosi, kecerdasan perilaku, dan kecerdasan sosial.
a. Kecerdasan Ilmu
Cerdas ilmu sudah tentu menjadi prioritas kita dalam mendidik si buah hati, karena merupakan sarana penting dan modal dasar untuk pencapaian cita-citanya. Kecerdasan ilmu ini dapat diupayakan dengan cara sebagai berikut.
• Memilihkan sekolah yang tepat bagi si buah hati.
Sekolah yang dipilih harus benar-benar sesuai dengan harapan kita, yaitu memiliki guru dan sarana yang berkualitas. Bila menginginkan otak anak semakin berisi, maka guru dan sekolahnya juga harus berisi pula.
• Menyediakan sarana-sarana penunjang yang mendukung.
Sarana-sarana tersebut antara lain, buku-buku pelajaran, bacaan-bacaan bermutu, maupun hiburan yang bermutu. Tentu saja kita harus selalu mengajarkan buah hati kita untuk memanfaatkan sarana tersebut dengan baik. Ajari anak untuk rajin membaca buku atau bacaan bermutu. Di sela-sela belajarnya itu, sisipkan hiburan yang bermutu pula agar kualitas otaknya tetap terjaga.
• Mengarahkan si buah hati untuk selalu mengasah otaknya.
Hal yang dapat dilakukan adalah mengupayakan agar anak belajar dengan sungguh-sungguh untuk mencapai hasil yang maksimal. Sedari kecil biasakan dia untuk menyukai pelajaran matematika untuk melatih dia berpikir cepat dan tepat.
b. Kecerdasan Emosi

Selain cerdas ilmu, diharapkan si buah hati juga memiliki kecerdasan emosi. Artinya, dia harus cerdas mengelola emosi atau perasaan yang ada di dalam dirinya. Ajarkan padanya untuk tidak mudah marah bila diejek, tidak mudah tersinggung jika dikritik, dan tidak berkecil hati bila dimarahi. Tanamkan pada diri anak, bahwa setiap ejekan, hinaan, ataupun amarah adalah cambuk baginya untuk selalu mawas diri atau waspada, sehingga hari depannya lebih baik dan berarti.
Ajari anak untuk selalu pandai membawa diri agar tidak membuat teman-teman maupun orang-orang di sekitarnya menjadi marah, sakit hati, atau dendam padanya. Untuk itu, ciptakan dulu suasana damai dalam keluarga kita, biar anak menjadi terbiasa dengan rasa nyaman.
Pendek kata, anak kita harus cerdas untuk tidak terpancing dan memancing emosi. Dia harus mempunyai kecerdasan emosi, akan senantiasa berpenampilan menyenangkan dan pandai membawakan diri.
c. Kecerdasan Perilaku
Anak yang mempunyai kecerdasan perilaku akan selalu pandai mengatur atau mengelola dirinya sendiri. Ia mampu bertingkah polah baik dan betutur kata manis. Untuk itu, penanaman nilai-nilai positif harus benar-benar diupayakan semaksimal mungkin agar si buah hati terampil dan pandai menerapkannya.
Anak yang mempunyai kecerdasan perilaku akan dapat menyelaraskan dan memadukan nilai-nilai positif itu menjadi suatu ramuan yang dahsyat dalam mencapai impian dan harapan menuju gerbang kesuksesan.
Dalam beraktivitas, anak akan selalu rajin, tekun, cermat, teliti, dan penuh gairah dan gelora. Semua itu disertai dengan penuh kesantunan, kejujuran, tutur kata yang baik, dan berperilaku terpuji lainnya. Sedini mungkin ajari anak agar tidak berjiwa korup, tidak kikir, rendah hati, serta pandai berempati. Ajari dia untuk menjauhkan perilaku-perilaku buruk dan menyesatkan. Anak yang menjadi juara tidak akan disukai teman-teman dan orang-orang di sekelilingnya apabila berperilaku tidak terpuji.
d. Kecerdasan Sosial

Anak yang cerdas bergaul sudah tentu akan disukai teman-teman, bahkan siapa pun di sekitarnya. Untuk itu, giring dan arahkan buah hati Anda menjadi putra-putri yang menyenangkan lingkungannya.
Di mana pun dia berada, anak yang cerdas sosial akan pintar membawakan diri. Ia akan cerdas beradaptasi dengan lingkungan, mudah menyusup ke dalam area pergaulan mana pun. Bahkan, dia akan mampu menggarami lingkungannya dengan baik, menularkan kepandaian otaknya dan bekal-bekal positif yang bertakhta di hatinya.
Anak yang cerdas sosial akan selalu ikhlas mengulurkan tangan bagi teman-temannya. Dan, ia pun sanggup mencurahkan tenaga, waktu, dan pikiran untuk menolong teman-teman maupun orang-orang sekitar yang perlu bantuan.

2. Meramu Berbagai Macam Kecerdasan
Alangkah senangnya kita bila mempunyai buah hati yang cerdas! Andai pun dia hanya memiliki salah satu bentuk kecerdasan di atas, kita pun sudah merasa bangga. Paling tidak, kita telah mampu memberi bekal yang baik pada si buah hati.
Tapi, apakah kita harus santai-santai saja? Tidak! Sekali lagi, tidak! Kita harus terus menjaga apa yang telah diraih buah hati kita, dan kita harus selalu mengupayakan hal-hal yang terbaik buat dia. Jangan sampai anak kita cerdas ilmu, tetapi dia sama sekali tidak mengenal pergaulan, atau suka mencuri. Atau, anak kita cerdas sosial dan cerdas perilaku, tetapi dia tidak pintar mengatur waktu untuk mengatur dirinya sendiri sehingga menjadi anak yang bodoh.
Nah…, tugas kita di sini adalah mengolah atau meramu kecerdasan yang telah dimiliki anak kita. Kita buat keseimbangan agar dia cerdas dalam berbagai hal. Selanjutnya kita latih, lalu kita percayakan si buah hati untuk meramunya sendiri. Anak yang cerdas ilmu, cerdas emosi, cerdas sosial, akan menjadi seorang koruptor karena dia tidak cerdas perilaku, tidak jujur. Anak yang cerdas ilmu tetapi tinggi hati dan suka menghina, pasti akan segera dibenci dan dijauhi oleh teman-temannya.

Jadi, anak yang cerdas, dalam pemahaman dan pemikiran saya, adalah anak yang benar-benar cerdas meramu kecerdasan-kecerdasan yang dimilikinya. Melalui proses ini, anak akan mampu menggapai cita-cita dengan dukungan penuh dari lingkungannya. Teman-temannya pun akan rela dan bangga bila dia memenangkan kompetisi karena mempunyai kecerdasan ilmu, kecerdasan emosi, kecerdasan perilaku, dan kecerdasan sosial. Kecerdasannya benar-benar memikat.
Anak yang mempunyai kecerdasan memikat diharapkan menjadi generasi penerus, calon pemimpin bangsa yang andal. Sehingga, dengan penuh keyakinan, Indonesia pun akan segera bangkit dari keterpurukannya. Semoga!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar