Entri Populer

Jumat, 08 Oktober 2010

Manajemen Diri (MD)

Apa Itu Manajemen Diri?
Sebelum lebih jauh membicarakan Manajemen Diri (selanjutnya disingkat
MD) mari kita rumuskan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan Manajemen Diri
itu. Manajemen merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, manage yang berarti
mengatur. Sedangakan diri adalah segala sesuatu yang kita miliki yang --hemat
penulis-- meliputi tiga hal penting yaitu, Aqal, Jism (tubuh, jasmani) dan Ruh (hati,
ruhani). Dari sini kita dapat mengambil pengertian sederhana bahwa yang dimaksud
dengan Manajemen Diri adalah upaya untuk mengatur, memaksimalkan peran segala
sesuatu yang kita miliki (aqal, jism dan ruh) guna mencapai kebahagian di dunia dan
akhirat.
Mengapa Perlu Manajemen Diri?
Untuk menjawab pertanyaan ini mari kita simak apa yang pernah disampaikan
oleh Imam Ali ra berikut ini:
الحق بلا نظام يغلبه الباطل بنظام
Artinya: "Kebenaran yang tidak ter-manage, akan dikalahkan oleh kebatilan yang dimanage".
Dari sini kita paling tidak dapat menarik satu hal penting, bahwa sesuatu
apapun termasuk kejahatan bila di-manage sedemikian rupa, maka akan mencapai
"kemenangan" bahkan akan dapat mengalahkan kebaikan yang tidak dimanage
sekalipun.
Dalam keterangan lain, baik itu ayat al-Qur'an maupun al-Hadits, disebutkan
bahwa kelak di hari kiamat para penghuni neraka terperanjat dan menyesal tiada tara,
karena kehidupan tanpa disadari telah berubah dari kehidupan dunia yang fana
menjadi kehidupan akhirat yang tiada akhir. Sehingga mereka mengatakan
رب ارجعوني نعمل صالحا غير الذي آنا نعمل
"Ya Allah, kembalikanlah kami (ke dunia lagi), niscaya kami akan melakukan
amal shaleh dan tidak akan melakukan kembali apa yang telah kami perbuat
(perbuatan dosa)."
Kenapa mereka mengatakan demikian? Karena mereka tidak me-manage diri
mereka sedemikian rupa, tidak jelas target, tujuan dan apa yang harus dilakukan
ketika di dunia.
Tahukah orang-orang yang anda idamkan sekarang –misalnya Imam Syafi'i,
Imam Hanafi, Habibie, BillGate dan lainnya-- pada dasarnya adalah sama dengan
anda?. Mereka ketika dilahirkan tidak berbusana, menangis, tidak bisa bicara, tidak
tahu apa-apa bahkan mungkin lebih parah dari anda, mereka lahir tanpa bapak, dan
ekonomi keluarga yang sangat pas-pasan. Tahukah anda kondisi Imam Syafi'I ketika
masih kecil? Ia dilahirkan sebagai anak yatim, karena tidak berapa lama setelah lahir,
ayahnya meninggal. Apakah dia orang kaya? Tidak. Imam Syafi'I kecil hidup dengan
ibunya dalam kemiskinan yang sangat. Ibunya, tidak bisa membayar guru ngaji,
bahkan juga tidak mampu untuk membelikan buku tulis untuk putranya, Imam Syafi'i.
Karenanya Imam Syafi'I terpaksa menulis catatan ngajinya di tulang-tulang yang
berserakan. Imam Syafi'I ketika kecil juga sama seperti anda, belum bisa membaca,
menulis apalagi berdebat. Jangan pernah berpikir bahwa ketika Imam Syafi'I lahir
langsung berkata, misalnya
2
الاصل في الامر للوجوب
"Pada asalnya, perintah itu menunjukkan wajib".
Jangan pernah pula mengira, bahwa ketika Habibie lahir, langsung pandai
berbahasa Inggris dan Jerman. Sekali lagi tidak. Mereka sama dengan anda, tidak
tahu apa-apa.
Bila kita sudah tahu bahwa mereka adalah sama, lantas mengapa mereka bisa
"hebat'" dan sukses? Jawabannya satu, mereka pandai memanage diri. Apakah kita
bisa seperti mereka? Jawabannya tentu sangat bisa, selama kita bisa memanage
potensi diri yang kita miliki. Dari sini kita dapat menarik satu hal penting kembali
bahwa dengan manajemen diri, hidup dan langkah anda jelas, berarti dan tentunya
akan mengahantarkan anda menjadi orang sukses sebagaimana yang telah diraih oleh
orang-orang yang anda idolakan di atas.
Tujuan Manajemen Diri
Apa tujuan mempelajari MD ini? Hemat saya, paling tidak untuk mencapai
dua hal penting yaitu: Menjadi orang yang pintar dan benar. Orang pintar
dimaksudkan adalah mereka yang mempunyai kecerdasan otak dan emosi (IQ dan
EQ) yang luar biasa. Sedangakan orang benar adalah mereka yang memiliki
kecerdasan ruhani yang mendalam (SQ).
Dua hal ini (baca pintar dan benar) adalah dua hal yang tidak boleh
dipisahkan. Mengapa? Karena bila hanya kepintaran yang dikedepankan, maka tidak
akan mencapai kebahagian dan kesuksesan hakiki. Boleh jadi dirinya akan semi
bahagia karena banyak kekayaan yang diraih dengan kepintarannya, tetapi orang lain
belum tentu menikmatinya. Bahkan, boleh jadi orang lain seringkali dijadikan tumbal
ambisi kepintarannya. Dengan kata lain, kalau hanya pintar, maka hanya akan
memintari orang lain. Negara kita sudah terlalu sesak dengan orang-orang pintar.
Namun, apakah mereka dapat "memintarkan" dan "memajukan" Negara kita tercinta?
Sepengetahuan saya, tidak. Yang ada sebaliknya, konon Negara kita amburadul garagara
yang duduk di pemerintahan terlalu banyak orang-orang pintar dengan gelar
yang tinggi namun akhlaknya tidak terpuji.
Demikian juga kalau hanya menjadi orang benar, akan mudah dibohongi dan
dikelabui orang lain. Orang pintar dan benar adalah type orang yang bisa menguasi
tiga hal penting yang dalam istilah sekarng dikenal dengan Intelegence Quetion (IQ),
Emitional Quetion (EQ) dan Spiritual Quetion (SQ).
Modal Utama: Bina al-Syakhsyiyyah, jism, aql dan ruh
Di atas telah saya utarakan tentang pengertian dan kegunaan MD. Kini,
pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana cara memanage diri kita? Namun sebelum
menginjak lebih jauh ke sana, mari kita ikuti pembahasan kali ini.
Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa diri kita, hemat penulis, terdiri
dari tiga unsur penting yaitu aqal, jism dan ruh. Inilah hemat penulis modal utama dan
pertama yang harus kita "gemukan" terlebih dahulu sebelum menginjak ke langkah
berikutnya, how to manage our selves. Mengapa ini disebut modal utama untuk
meraih hasil dari MD? Mari kita perhatikan ulasan berikut ini.
Ada type orang yang pintar, jasmaninya sehat tapi ruhaninya sakit, sering
melakukan hal-hal yang melanggar norma agama, apakah orang ini akan dapat meraih
kesuksesan sebagaimana yang ditargetkan oleh MD? Tentu tidak. Ada juga orang
yang baik ruhaninya, pintar tapi badannya sering sakit-sakitan, apakah tujuan MD
akan diperoleh secara maksimal? Juga tidak. Demikian juga ada orang yang baik
ruhaninya, sehat jasmaninya tapi lambat berpikirnya, apakah akan dapat meraih tujuan
3
MD juga? Tentu jawabannya tidak. Dengan demikian, maka tiga modal ini harus
dipupuk sedemikian rupa secara beriringan dan bersamaan, tidak boleh dipisahkan.
Kini bagaimana cara memupuk tiga modal kita tadi? Mari kita ikuti cara dimaksud
sebagaimana yang dituturkan oleh Usamah Ali Mutawalli dalam Ma'a al-Thulab
Shunna' al-Mustaqbal.
Bina al-Aql
Untuk memupuk dan mengoptimalkan aql ini, di antaranya dapat dilakukan
hal-hal berikut: banyak membaca, mendalami ilmu tarbiyyah dan dasar-dasarnya, juga
mengkaji semua macam ilmu dengan sungguh-sungguh serta kerja keras.
Bina al-Jism
Sedangkan untuk memupuk jism dapat dilakukan misalnya dengan olah raga
yang teratur, makan yang teratur, serta selalu tampil menarik, bersih, dan segar
dengan tidak berlebihan.
Bina al-Ruh
Sedangakan bina al-ruh dapat dilakukan dengan: sering membaca dan
mentadaburi ayat al-Qur'an, tafakkur terhadap ciptaan Allah, muhasabah diri,
mensukuri nikmat, ingat mati, mendawamkan do'a, senantiasa tersenyum dan
memmpersiapkan diri menghadapi hari kiamat.
Bila hal-hal di atas telah kita laksanakan secara optimal, maka saya yakin,
modal kita sudah gemuk dan sehat, kini tinggal bagaimana memanagenya.
Bagaimana Cara Me-manage Diri?
Ada beberapa hal yang patut kita lakukan dalam usaha me-manage diri kita
ini, yaitu:
1. Al-Amniyyat. (Tentukan Cita-cita dan Target Anda)
Ayo tentukan apa cita-cita anda. Gantungkan cita-cita anda setinggi mungkin.
Bercita-citalah untuk menjadi orang pertama di negara anda, menjadi ulama besar,
pengarang buku, professor, dokter atau apa saja. Bercita-citalah, anda adalah seorang
manusia yang sama dengan idola anda. Mereka punya otak, anda juga punya, mereka
punya hati, anda juga ada, mereka punya tubuh anda juga punya. Hanya satu saja
yang membedakan anda dengan idola anda, mereka bercita-cita, lalu membulatkan
niat dan tekad, kemudian mereka pelajari betul cita-citanya itu, lalu bergerak, bekerja
sehingga akhirnya sampai meraih cita-cita yang diinginkannya itu.
انهم حلموا فصممو فعرفوا وتحرآوا وعملوا حتي وصلوا
"(idola-idola anda itu awalnya) mereka bermimpi lalu memantapkan cita-cita lalu
merancang upaya pencapaian cita-citanya lalu bergerak lalu mengerjakan
rancangannya itu sehingga akhirnya mereka sampai kepada cita-cita yang
diimpikannya itu".
Janganlah bercita-cita kalau anda banyak tidur. Hilangkan kemalasan ganti
dengan kegiatan yang menunjang pencapaian cita-cita anda. Jangan sia-siakan waktu
terbuang percuma. Ingat semenit saja anda sia-siakan, cita-cita itu akan menjauh dan
terus menjauh. Renungkan ungakpan Imam Hasan al-Basri:
4
ا 􀑧 ل و ان قوم 􀑧 دقه العم 􀑧 ب و ص 􀑧 ي القل 􀑧 ر ف 􀑧 ا وق 􀑧 ن م 􀑧 التمني ولك 􀑧 ان ب 􀑧 يس الايم 􀑧 ل
سن 􀑧 ن نح 􀑧 الوا نح 􀑧 م و ق 􀑧 سنة له 􀑧 دنيا ولا ح 􀑧 ن ال 􀑧 وا م 􀑧 ي خرج 􀑧 اني حت 􀑧 رتهم الام 􀑧 غ
الظن با لله و آذبوا لو احسنوا الظن لاحسنوا العمل
"Yang disebut dengan iman itu bukan sekedar angan-angan, akan tetapi apa yang
tertanam dalam hati lalu diwujudkan dalam amal perbuatan sehari-hari. Berapa
banyak kelompok manusia yang hanya terlena dengan angan-angannya (akan tetapi
tidak diikuti dengan amal perbuatan), sehingga ketika mereka meninggal, tidak
membawa kebaikan sedikitpun. Lalu mereka berkata: "kami ini selalu berbaik sangka
kepada Allah". Bohong, mereka berbohong! Seandainya betul mereka berbaik sangka
kepada Allah, tentu mereka akan berbuat baik dalam amal perbuatannya".
2. Al-Takhtith (Bikin perencanaan yang matang)
Setelah anda tentukan cita-cita dan target anda, kini langakah berikutnya
adalah membuat perencanaan dan langkah-langkah jitu menuju pencapaian target
tersebut. Buatlah rencana sebaik mungkin, namun tidak terkesan muluk-muluk.
Buatlah rencana yang anda sendiri bisa melaksanakannya. Mari kita tanamkan kaidah
berikut ini:
--ازرع فكرة تحصد فعلا
--ازرع فعلا تحصد عادة
--ازرع عادة تحصد شخصية
--ازرع شخصية تحصد مصيرا
1. Tanam dan biasakan bercita-cita, niscaya anda akan menuai usaha dan kerja.
2. Tanam dan biasakan kerja dan usaha, niscaya anda akan menuai sebuah kebiasaan
3. Tanam dan biasakan sebuah kebiasaan, niscaya anda akan menuai kepribadian
4. Tanam dan biasakan kepribadian, niscaya anda akan sampai kepada tujuan (citacita)
Keterangan:
1. Jika anda bermaksud menjadi orang besar, tanamkan cita-cita dan pikiran ke
arah itu sebaik mugkin karena itu akan melahirkan usaha dan kerja nyata anda.
2. Setelah itu, mulailah usaha anda sedikit demi sedikit, misalnya hari ini belajar
1 jam, besok 1 jam setengah, besoknya lagi dua jam dan seterusnya, karena ini
akan melahirkan kebiasaan, anda menjadi terbiasa belajar. Belajar bukan lagi
sesuatu yang menjemukan tapi akan menjadi kebiasaan yang menyenangkan.
Bahkan belajar 6 jam sehari pun akan betul-betul terasa kurang.
3. Bila belajar tadi sudah menjadi kebiasaan (adat), maka itu akan melahirkan
sebuah kepribadian, anda menjadi orang yang rajin, tekun, pintar dan
mutafawwiq, unggul.
4. Dengan kepribadian ini, dengan idzin Allah, anda akan meraih dan sampai
pada cita-cita anda, menjdi orang yang pintar dan benar, mempunyai
kedudukan tinggi di hadapan Allah dan manusia.
3. Al-Qudwah (Bikin Panutan yang akan anda contoh)
Siapa idola anda? Seniman? Akademisi? Bussnisgirl? Atau siapa? Tapi yang
jelas, panutan utama kita adalah Rasulullah. Bayangkan di tangan beliau telah lahir
generasi-generasi unggulan sekaliber Abu Bakar, Umar, Ali, Utsman, Zubair bin
5
Awam dan lainnya. Bayangkan pula adakah orang yang bisa seperti Rasul, hanya
dalam waktu tidak lebih dari 23 tahun dapat menyebarkan agama Islam dengan sangat
sukses, menyelamatkan ummat manusia dari keterpurukan dan kegelapan? Pantas,
Bernard Shou, seorang filosof asal Inggris pernah berkata:
و 􀑧 شاآله و ه 􀑧 ل م 􀑧 تطاع ان يح 􀑧 الم لاس 􀑧 ذا الع 􀑧 ي ه 􀑧 وم ف 􀑧 ث الي 􀑧 و بع 􀑧 دا ل 􀑧 ان محم
يرتشف فنجانا من القهوة
"Seandainya Muhammad diutus hari ini untuk menyelesaikan semua persoalan di
dunia ini, tentu dia akan dapat menyelesaikannya sambil meminum secangkir kopi"
Bila Rasul dan para sahabat adalah panutan kita, maka kini adalah:
رهم و 􀑧 دوات لا غي 􀑧 م الق 􀑧 ؤلاء ه 􀑧 م؟ ه 􀑧 ي نهجه 􀑧 فماذا صنع هؤلاء و من سار عل
علي خطي امثال هؤلاء نسير
"Apa yang telah mereka lakukan dan siapa saja yang telah mengikuti jejaknya? Hanya
mereka panutan kita, bukan yang lainnya. Dan hanya kepada jejak mereka kita
berjalan dan bekerja".
4. Al-Waqt (Atur waktu sedemikian rupa)
Mari kita renungkan, berapa jam dalam sehari anda pergunakan untuk
beribadah, untuk belajar, membaca dan main. Berbahagialah bagi anda yang bisa
mempergunakan waktu ini sebaik mungkin. Sebaik apapun rencana dan cita-cita anda,
bila tidak pandai mengatur waktu, bablas juga semuanya. Pernahkah berpikir, kenapa
hanya dalam 23 tahun Rasulullah dapat menyebarkan dan menanamkan nilai-nilai
Islam dengan sangat sukses? Jawabannya satu, karena beliau sangat pandai mengatur
waktu. Tidak ada waktu yang terbuang. Bila Bill Gate dalam tiga menit saja dapat
mengahasilkan keuntungan 1 milyar, apa yang dapat kita peroleh (baca; ilmu) dalam
sehari? Mari kita renungkan ucapan Hasan Bashri ini:
يا ابن ادم انما انت ايام اذا ذهب يوم ذهب بعضك
"Wahai Keturunan Nabi Adam, ingatlah, kamu ini hanyalah beberapa hari saja.
Apabila satu hari telah lewat, maka telah lewat pula sebagian dari diri anda"
Ingatlah bahwa setiap detik berlalu, waktu itu selalu berkata:
وم 􀑧 ي ي 􀑧 ود ال 􀑧 ن اع 􀑧 اني ل 􀑧 اغتنمني ف 􀑧 يا ابن ادم انا يوم جديد وعلى عملك شهيد ف
القيامة
"Wahai anak Adam, aku ini (waktu) adalah hari barumu. Aku menjadi saksi atas
perbuatan kamu. Karenanya, pergunakanlah aku (waktu) sebaik mungkin, karena aku
tidak akan pernah kembali lagi sampai hari Kiamat nanti.
Rumuskan dan atur waktu anda sebaik mungkin, misalnya:
1. Menghapal Juz Amma targetnya dua tahun, perhari misalnya satu jam untuk
mengahapal
6
2. Mempelajari Ilmu Tajwid targetnya selesai dalam setengah tahun, maka
durasi waktunya sehari setengah jam
3. Mempelajari Fiqh targetnya dua tahun, durasi waktunya setengah jam perhari
4. Mengarang cerpen, dapat berbicara di depan orang banyak, target 5 tahun,
durasi waktunya sejam sehari, dan lain-lain
Di samping itu hal penting yang harus diperhatikan adalah tentukan mana prioritas
anda. Berikan porsi yang lebih banyak untuk prioritas anda. Pakai teori Maqasid
Syariah-nya Imam Syathibi misalnya, tentukan mana yang termasuk dharuriyyah
(primer), hajiyyah ( skunder) dan tahsiniyyah (lux). Tentukan apa hal yang
dharuriyyah dalam bulan, minggu atau hari ini? Beri porsi lebih untuk hal dharuri
tersebut. Aturan teorinya adalah sebagai berikut:
-ان الضروري اصل لما سواه من الحاجي و التحسيني
-ان اختلال الضروري يلزم منه اختلال الباقيين باطلاق
-انه لا يلزم من اختلال الباقيين باطلاق اختلال الضروري
تلال 􀑧 اطلاق اخ 􀑧 اجي ب 􀑧 اطلاق او الح 􀑧 سيني ب 􀑧 تلال التح 􀑧 ن اخ 􀑧 زم م 􀑧 د يل 􀑧 ه ق 􀑧 -ان
الضروري بوجه ما
-انه ينبغي المحافظة علي الحاجي و علي التحسيني للضروري
1. Kebutuhan dharury (primer) adalah kebutuhan yang harus lebih diutamakan dari
pada kebutuhan sekunder (hajiy) ataupun kebutuhan pelengkap (tahsiny). Artinya,
ketika tujuan utama anda adalah belajar, maka ia harus diutamakan. Sisihkan
waktu lebih banyak untuk mencapainya. Apapun halangan yang dapat
mengganggu pencapaian kebutuhan primer tadi, maka segeralah hindari dan
tinggalkan. Demikian juga halnya dengan ibadah. Ibadah adalah tujuan primer
manusia di dunia. Bekerja, adalah kebutuhan sekunder. Mempunyai mobil, rumah
mewah, adalah kebutuhan pelengkap.
2. Terbengkalainya tujuan primer, akan mengakibatkan terbengkalainya tujuan
sekunder dan tersier. Apabila anda tidak belajar, maka anda tidak akan
membutuhkan hal-hal sekunder dan pelengkap lainnya, misalnya, buku, pensil,
sepatu sekolah, atau seragam. Dalam kaitannya dengan ibadah, maka, ketika anda
tidak beribadah, hakikatnya, anda tidak perlu bekerja dan rumah, karena bekerja
dan rumah dicari hanya untuk dan demi kelancaran dan kehusyuan beribadah.
3. Tidak terpenuhinya tujuan sekunder dan pelengkap, tidak mesti mengakibatkan
terbengkalainya tujuan primer. Seandainya, anda tidak mempunyai pensil dan
sepatu bagus, tidak boleh kemudian anda meninggalkan tujuan primer anda, yakni
belajar. Karena belajar bisa dilakukan meski tanpa pensil dan sepatu. Seandainya
anda tidak bekerja dan tidak mempunyai rumah, tidak berarti anda tidak perlu
ibadah. Karena ibadah (baca: shalat) dapat dilakukan meski memakai pakaian
jelek atau bukan di rumah, misalnya di kebun dan di tengah padang pasir.
4. Terkadang, apabila kebutuhan dan tujuan sekunder atau pelengkap betul-betul
tidak terpenuhi, akan mengakibatkan terbengkalainya sebagian tujuan primer.
Apabila ketika belajar, anda tidak mempunyai pensil, pulpen, buku, sepatu, maka
tujuan primer anda sedikit terganggu, maksudnya, hasil belajarnya tidak akan
maksimal. Dalam kaitan dengan ibadah, apabila baju yang dipakai sudah jelek dan
lusuh, tempat yang dipakai ibadah juga kotor, akan mengakibatkan ibadah (baca:
shalat) kurang khusyu dan kurang mantap.
7
5. Melaksanakan tujuan sekunder atau pelengkap, semata-mata demi mencapai tujuan
primer. Anda membeli sepatu, pulpen, buku, hanyalah untuk kelancaran belajar,
bukan untuk yang lainnya. Anda bekerja dan mengumpulkan uang, semata-mata
adalah untuk beribadah kepadaNya, bukan untuk yang lainnya termasuk bukan
untuk dibangga-banggakan dan dipamerkan.
5. Al-Qira'ah wa al-Mudzakarah (Banyak membaca dan menghapal)
Tahukah anda mengapa orang-orang Jepang umumnya pintar-pintar? Ya, betul
karena mereka banyak membaca. Menurut satu penelitian, penyebab utama
banyaknya orang Jepang yang memakai kacamata adalah karena banyak membaca.
Bukan karena banyak nonton atau lainnya. Untuk anak kecil saja, minimal mereka
membaca 5 jam dalam seharinya. Karena itu, tidak heran apabila kemudian, Jepang
dapat bangkit membangun negaranya seperti sekarang ini tidak lebih dari 40 tahun
sejak pemboman Hirosima dan Nagasaki tahun 1945.
Karena itu tidaklah heran bahwa membaca adalah kunci keberhasilan,
kesuksesan. Pergunakanlah waktu yang telah anda atur untuk membaca dan
mengahapal sedemikian rupa. Karena semua usaha yang telah anda rumuskan dalam
MD juga akan sia-sia jika jarang membaca dan menghapal.
Demikian Tulisan singkat ini saya persembahkan sebagai bahan untuk diskusi
kita kali ini. Sengaja saya utarakan garis besarnya saja, dengan harapan agar lebih
berkembang di acara dialog. Semoga tulisan ini menjadi pemompa semangat kita
dalam mengoptimalkan diri kita sehinga meraih kesuksesan yang kita harapkan baik
di dunia maupun di akhirat kelak. Semoga. Wallahu 'alam.
Daftar Bacaan
1. Usamah Ali Mutawalli, Ma'a al-Mu'allimin Shunna'al Ajyal, Darul Yakin,
Mansurah, 2001.
2. --------,M'a Thullab Shunna al-Mustaqbal, Darul Yakin, Mansurah 2003
3. Muhammad Fathi, al-Khuruj Minal Ma'zaq fi Idarah al-Azamaat, Dar al-
Tauzi' wa an-Nasyr al-Islamiyyah, Kairo, 2001
4. Imam Syathibi, al-Muwafaqat, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut, 1998
**Makalah ini dipresentasikan dan dipersembahkan khusus untuk adik-adik tercinta
siswa siswi SIC (Sekolah Indonesia Cairo) dalam pengajian rutin sabtuan.
Pojok Mesjid Sayyidah Nafisah, 19 Februari 2005.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar